Pages

Sabtu, 28 Januari 2012

Awal langkah yang pahit


Bismillah..

Dimulai dari awal aku melangkah sendiri merantau ke tanah seberang saat memasuki dunia perkuliahan, disini lah awal dari perjuanganku yang sesungguhnya. Berjalan melangkah mengarungi hidup, mencari pengalaman, mengejar masa depan yang cemerlang, dan berharap bisa kembali ke tanah kelahiran dengan sejuta kebanggaan dari semua teman, sahabat, dan yang paling utama adalah untuk orang tuaku. Tentunya semua itu harus ku arungi sendiri dan jauh dari sisi orang tua.

Saat pertama kalinya aku menginjakan kakiku ditanah perantauan ini, banyak hal yang sangat berbeda yang kutemui disini. Semua itu jelas dari segi sosialnya. Bahasa-bahasa gaul seperti Gue, Elue, Nyokap, Bokap harus kukuasai agar aku tak kaku dalam berkomunikasi dengan orang disini khususnya untuk kalang mudanya. Awalnya karena belum terbiasa, memang terdengar kaku ketika mendengar aku berbicara karena kata-kata seprti gue, Elue, Nyokap, Bokap itu biasa kupakai dengan bahasa daerahku sendiri seperti Ulun, Pian, Mama’, Abah.

Di semester satu, aku sudah banyak sekali menemukan berbagai cobaan yang begitu beratnya. Pernah saat itu saat itu pengumuman nilai murni ujian tengah semester satu aku terkejut melihat nilai matakuliah Bahasa Inggris I ku mendapat nilai 0. Secepatnya aku menemui dosenku tersebut dan menanyakan mengapa ini bisa terjadi. Ternyata aku dituduh oleh dosenku menyontek, aku sudah berusaha membela diri dan menyangkal semua itu tidak benar. Akan tetapi dosenku tersebut tetap dengan pendiriannya. Semua itu membuat aku kesulitan untuk memperoleh nilai dengan grade A disemester itu, saat itu nilai A sudah tidak mungkin lagi kudapatkan, bahkan untuk lulus saja nilai UAS Bahasa Inggris ku saja harus mendapat minimal 75 dan itu pun nilaiku masih C. Nilai murni yang sangat berat bagiku karena sudah dari SMP dulu aku mengalami masalah dengan pelajaran bahasa Inggris. Memang dari dulu nilai bahasa inggrisku selalu saja pas-pasan dengan standard kopetensi. Semua masalah itu aku ceritakan kepada kedua orangtuaku yang ku telpon malam itu juga dengan tertangis sangat sedih, ibuku dan ayahku hanya bisa memberiku semangat dan doa dari jauh, yang kutahu ibuku juga ikut mengis mengenai cobaan yang sedang menimpaku ini. Saat itu aku sudah merasa berdosa sekali sudah membuat mereka bersedih. Mulai dari situ aku jauh lebih giat dan gigih lagi dalam belajar khususnya untuk matakuliah bahasa Inggris. Subuh, pagi, siang, malam selalu ku baca modul-modul yang ada. Sampai tidur malam pun aku hanya sebentar, berharap agar aku bisa lulus mata kuliah ini. Sering perasaaan mengahantui jika aku gagal, otomatis aku harus mengulang dan aku tidak jadi pulang ke kampung halamanku. Tetapi obat dan menambah semangat belajar dan yakin bahwa aku bisa adalah dengan mengingat ibuku.

Hari demi hari kulewati dengan sungguh-sungguh belajar sampai tiba pada akhirnya bertemu lagi dengan ujian akhir semester. Dimana hari itu adalah penentuan antara lulus atau tidaknya aku. Alhamdulillah berkat perjuangan kerasku dan tentunya doa dari kedua orang tuaku aku berhasil lulus mata kuliah itu. Kabar kelulusan ku itu adalah kabar kebahagiaan bagi orang tuaku, terutama untuk ibuku. Tidak hanya itu saja, aku senang ketika melihat ibu ku bahagia karena meliahat IPK ku semester satu itu lumayan tinggi dengan angka kepala 3(tiga). Di semester satu, aku sudah banyak menemui pelajaran yang berharga. Meskipun aku saat itu belum sekuat yang kuharapkan dalam menghadapinya.


Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar