Mengingat kembali ketika aku berumur 4 tahun tepatnya ketika aku masih duduk dibangku TK (Taman Kanak-Kanak), begitu aneh tapi ingin sekali aku tertawa melihat tingkah lakuku saat itu. Yah wajar saja, saat itu aku begitu pendiam, pemalu dan sangat cengeng sekali. Satu hal yang paling aku ingat, tak ingin sedetikpun aku melepaskan genggaman tanganku dari tangan ibuku ketika aku berada disekolah. Jika itu terjadi, aku tidak akan segan untuk menangis teriak. Butuh waktu lama untuk menenangkanku sampai aku diam tak menangis lagi. Salah satu obatnya adalah ibu ku harus berdiri disebelahku. Dimanapun itu berada, hal yang paling menyiksaku adalah ketika masuk kelas karena orangtua murid tidak boleh ikut masuk kedalalmnya. Aku merasa asing sekali, padahal dikelas banyak skali teman-temanku. Yang aku inginkan adalah ibu berada disebelahku saat itu. TK Tunas Rimba adalah awal dari semua pertualangan hidupku. Ibu ku sering bercerita kepadaku ketika bertemu salah satu guru TK ku dulu, katanya guru TK ku dulu sering menanyakan kabarku. Wajar saja karena aku dulu terkenal karena sifat jelekku, yaitu cengeng dan tak bisa jauh dari sisi ibuku. Sampai sekarang jika teringat masa-masa itu, aku dan ibu pasti tertawa mengingat tingkahlakuku yang seperti itu. Hehe..
Berbicara ketika aku masih duduk dibangku SD (Sekolah dasar), aku begitu pendiam dan pemalu. Diam dan pemaluku itu disalah gunakan oleh teman-temanku saat itu. Mereka itu adalah yang bernama Dewi, Wiwi, Neneng, dan Andita. Tetapi yang ku ingat, yang paling agresif mengganggu aku itu Wiwi dan Dewi. Jujur aku merasa geli ketika mereka mencoba mengangguku dengan godaan-godaan. padahal yang mereka ucapkan itu hanyalah ”duddy……” tapi ntah mengapa aku begitu ketakutan sampai laring mencicing jika mendengarnya. Jangankan mendengarnya, saat kami berpas-pasanpun aku tak segan untuk berbalik arah. Haha..
SMP (Sekolah Menengah Pertama). Kini aku sudah beranjak remaja, suaraku mulai terdengar serak, badanku mulai terlihat lebih tinggi dan mulai bisa memikiran apa yang harus aku lakukan, tapi tetap masih pendiam, pendiam dan pendiam. Salah satu guru yang sangat berpengaruh dalam kehidupanku adalah Ibu kempi. ibu Kempi adalah guru matematikaku saat ku dikelas satu SMP. Saat itu ketika pelajaran Matematika, aku menanyakan pelajaran yang tidak kumengerti yang dijelaskan oleh bu Kempi, tiba-tiba teman-temanku terkejut ketika mereka mendengar aku menanyakan hal yang mungkin mereka anggap pertanyaan itu sangatlah mudah bagi mereka. Maklum ketika SD aku tidak menyukai pelajaran matematika. Aku tersentak terkejut saat ibu Kempi berkata “kalian itu jangan kaya gitu.. hargai teman kamu yang lagi bertanya”. Perkataan ibu Kempi tersebut sangatlah menyentuh hatiku. Sejak itu aku mulai menyukai pelajaran yang ibu kempi ajarkan itu, yaitu matematika. Perlahan demi perlahan aku mulai tertatik dengan pelajaran ini dan mulai bangkit dari keterpurukan saat SD dulu. Karena ketika aku masih duduk di bangku sekolah dasar, begitu susahnya aku mendapatkan nilai yang memuaskan khususnya pada pelajaran matematika. Setelah itu keadaan dikelas tiba-tiba berubah, kini namaku mulai disebut-sebut temanku dikelas jika berbicara mengenai matematika. Pernah disuatu hari ibu Kempi memberikan satu soal Matematika yang lumayan susah. Aku pun mengerjakannya dan berhasil menyelesaikannya. Soal apapun itu, apalagi mengenai matematika pasti aku tertarik untuk memecahkannya. Saat ibu Kempi keliling melihat hasil kerja murid-muridnya, dalam ke heningan tiba-tiba ibu Kempi berbicara, “Dari semua siswa dikelas ini baru duddy yang selesai mengerjakannya!” ibu sambil tersenyum kepadaku. Teman-temanku terkejut mendengarnya, apalagi aku. Pujian itu membuatku semakin, semangat dan terus semangat belajar khususnya dalam perlajaran matematika. Tidak hanya matematika saja, hal ini berpengaruh positif juga pada mata pelajaran lainnya. Sampai pada pembagian raport di semester satu, aku bisa masuk sepuluh besar.
Ada hal yang menyakitkan bagiku ketika aku duduk di kelas dua SMP, ini masih berbicara mengenai Matematika. Saat itu guru matematikaku adalah pak Joko. Suatu hari pak Joko akan mengadakan ulangan harian. Satu hal yang kutunggu-tunggu telah datang yaitu ulangan harian, aku akan mencoba mengukur seberapa besar kemampuanku dalam mengerjakan soal-soal matematika yang saat itu begitu aku cintai. Begitu banyak persiapan aku lakukan untuk menghadapi ulangan kali ini. yang aku ingat, aku membuat beberapa soal untuk aku jawab sendiri. Aku mngerjakan soal-soal buatanku itu di setumpuk kertas HVS pemberian Ayahku. karena merasa kertas itu bisa dipakai untuk coret-coret dalam mengerjakan soal ulangan besok, maka kertas itu aku bawa dan aku pakai untuk coret-coret dalam menjawab soal-soal ulangan.
Ulangan pun dimulai, suasana begitu hening, dan aku asyik mengerjakan soal-soal ulangan itu yang aku hitung disetumpuk kertas pemberian ayahku. Pak Joko pun keliling kelas mengawasai siswa-siswanya yang sedang menjawab soal-soal. Ketika sampai didekatku pak Joko terdiam lama melihat aku yang sedang menghitung. Tiba-tiba Pak Joko berkata kepadaku,”Kamu bikin contekan ya? Kata pak joko. “Ngak pak..” jawabku. “nah terus itu apa ko banyak rumus-rumus di kertas coret-coret kamu? Kata pak joko. “Ini bekas belajar tadi malam pak..” jawabku yang bingung dan belum sadar. “Ah.. sama aja !! kamu bikin contekan, Ngak Sportif kamu !!!” kata pak joko dengan nada marah dan melempar setumpuk coretanku itu. Astaghfirullah.. aku tak sadar dicoretan ku itu ada bekas hitung-hitunganku kemaren malam. Padahal aku tidak bermaksud sekali untuk membuat contekan yang aku gunakan untuk menjawab soal ulangan. Sebelum aku menjelaskan semuanya ke pak Joko, pak joko terlebih dahulu meninggalkan aku dengan muka yang kecewa. Beda dengan ulangan-ulangan sebelumnya, waktu itu ulangan tidak dibagikan. Aku tak tahu kenapa. Apakah Pak Joko kecewa melihat aku? Mungkin.. padahal ini hanyalah kesalah paham saja. Astagfirullah.. :’(
Masa-masa SMP adalah masa paling berjayanya aku. Prestasiku sudah terlihat disini, dari kelas satu semester satu dan dua aku sudah mendapat rangking tujuh. Dilanjutkan kelas dua semeter satu aku mendapat rangking enam dan semester duanya mendapat rangking empat, dan saat kelas tiga aku terpilih menjadi salah satu siswa yang masuk kelas pilihan, yaitu kelas dimana siswa-siswa pintar terkumpul. Yang membanggakan bagiku adalah saat semester satu aku mendapat rangking satu dan dapat mengalahkan teman-temanku yang pintar-pintar. Sayangnya saat semester duanya tidak disebutkan siapa yang mendapat rangking satunya.
Mengenai cerita di masa-masa SMA, memang benar kata orang-orang kalau masa-masa terindah adalah saat di SMA. Begitu banyak sekali kenangan manis dan pahit bersama teman-teman. Tapi yang akan aku ceritakan kali ini hanya satu dari sekian banyak cerita di masa-masa SMA. Hehe..
Setiap menjelang sholat zhuhur, di sekolah kami biasanya siswa-siswi berkumpul di mosholla untuk membaca surah Yasin bersama dan menjalankan sholah Zuhur secara berjama’ah sesuai jadwal yang sudah ada. Biasanya setiap hari terdiri dari dua kelas baik itu kelas X, XI, dan XII.
Hari itu hari senin, kelas kami salah satu yang mendapat giliran. Setelah selesai membaca Surah Yasin dan sholat Zuhur, aku mendekati salah satu guru agamaku, nama beliau adalah Ibu Arbainah. Ntah kenapa di SMA aku lebih banyak dekat dan akrab dengan guru-guru agama. Semua guru agama dari kelas X, XI, dan XII mengenal aku. Kembali kecerita.. maksud aku disini mendekati bu Arbainah adalah karena aku ingin membeli buku Yasin yang biasa dipakai siswa-siswi untuk membaca Surah Yasin. Kebetulan aku mencari buku Yasin ini yang aslinya. Dan yang dimiliki oleh ibu Arbainah ini adalah buku-buku yang asli. Saat aku berkata kepada beliau ingin membeli bukunya, Wah.. Alhamdulillah sekali beliau malah memberikanya kepadaku secara gratis. Keesokan harinya salah satu teman perempuanku melihat aku membawa buku yang biasa dia liat dimoshola saat membaca Surah Yasin. Lantas temanku itu bertanya kepadaku “Dud, kamu beli buku itu dimana?” “Aku dikasih bu Arbainah” jawabku. Seminggu kemudian saat aku selesai sholat zuhur berjamaah, aku melihat temanku yang menanyakan buku Yasin tadi berbicara kepada ibu Arbainah, tak sengaja aku mendengar pembicaraan mereka. Ternyata temanku itu ingin meminta buku Yasin yang sama sepertiku kepada beliau. Yang aku herankan Ibu arbainah menolaknya.. hoho..
Ada kebanggaan tersendiri bagiku bisa mendapat hal yang lebih dari guru yang tidak didapat oleh teman-temanku. Aku sangat bersyukur kepada Allah karena dari dulu sampai sekarang aku ditempatkan diantara orang-orang yang baik kepadaku. Alhamdulillah..
Sepertinya cerita berakhir sampai disini, sebenarnya masih banyak yang ingin diceritakan tetapi mungkin lain waktu saja.. terimaksih :-)
Berbicara ketika aku masih duduk dibangku SD (Sekolah dasar), aku begitu pendiam dan pemalu. Diam dan pemaluku itu disalah gunakan oleh teman-temanku saat itu. Mereka itu adalah yang bernama Dewi, Wiwi, Neneng, dan Andita. Tetapi yang ku ingat, yang paling agresif mengganggu aku itu Wiwi dan Dewi. Jujur aku merasa geli ketika mereka mencoba mengangguku dengan godaan-godaan. padahal yang mereka ucapkan itu hanyalah ”duddy……” tapi ntah mengapa aku begitu ketakutan sampai laring mencicing jika mendengarnya. Jangankan mendengarnya, saat kami berpas-pasanpun aku tak segan untuk berbalik arah. Haha..
SMP (Sekolah Menengah Pertama). Kini aku sudah beranjak remaja, suaraku mulai terdengar serak, badanku mulai terlihat lebih tinggi dan mulai bisa memikiran apa yang harus aku lakukan, tapi tetap masih pendiam, pendiam dan pendiam. Salah satu guru yang sangat berpengaruh dalam kehidupanku adalah Ibu kempi. ibu Kempi adalah guru matematikaku saat ku dikelas satu SMP. Saat itu ketika pelajaran Matematika, aku menanyakan pelajaran yang tidak kumengerti yang dijelaskan oleh bu Kempi, tiba-tiba teman-temanku terkejut ketika mereka mendengar aku menanyakan hal yang mungkin mereka anggap pertanyaan itu sangatlah mudah bagi mereka. Maklum ketika SD aku tidak menyukai pelajaran matematika. Aku tersentak terkejut saat ibu Kempi berkata “kalian itu jangan kaya gitu.. hargai teman kamu yang lagi bertanya”. Perkataan ibu Kempi tersebut sangatlah menyentuh hatiku. Sejak itu aku mulai menyukai pelajaran yang ibu kempi ajarkan itu, yaitu matematika. Perlahan demi perlahan aku mulai tertatik dengan pelajaran ini dan mulai bangkit dari keterpurukan saat SD dulu. Karena ketika aku masih duduk di bangku sekolah dasar, begitu susahnya aku mendapatkan nilai yang memuaskan khususnya pada pelajaran matematika. Setelah itu keadaan dikelas tiba-tiba berubah, kini namaku mulai disebut-sebut temanku dikelas jika berbicara mengenai matematika. Pernah disuatu hari ibu Kempi memberikan satu soal Matematika yang lumayan susah. Aku pun mengerjakannya dan berhasil menyelesaikannya. Soal apapun itu, apalagi mengenai matematika pasti aku tertarik untuk memecahkannya. Saat ibu Kempi keliling melihat hasil kerja murid-muridnya, dalam ke heningan tiba-tiba ibu Kempi berbicara, “Dari semua siswa dikelas ini baru duddy yang selesai mengerjakannya!” ibu sambil tersenyum kepadaku. Teman-temanku terkejut mendengarnya, apalagi aku. Pujian itu membuatku semakin, semangat dan terus semangat belajar khususnya dalam perlajaran matematika. Tidak hanya matematika saja, hal ini berpengaruh positif juga pada mata pelajaran lainnya. Sampai pada pembagian raport di semester satu, aku bisa masuk sepuluh besar.
Ada hal yang menyakitkan bagiku ketika aku duduk di kelas dua SMP, ini masih berbicara mengenai Matematika. Saat itu guru matematikaku adalah pak Joko. Suatu hari pak Joko akan mengadakan ulangan harian. Satu hal yang kutunggu-tunggu telah datang yaitu ulangan harian, aku akan mencoba mengukur seberapa besar kemampuanku dalam mengerjakan soal-soal matematika yang saat itu begitu aku cintai. Begitu banyak persiapan aku lakukan untuk menghadapi ulangan kali ini. yang aku ingat, aku membuat beberapa soal untuk aku jawab sendiri. Aku mngerjakan soal-soal buatanku itu di setumpuk kertas HVS pemberian Ayahku. karena merasa kertas itu bisa dipakai untuk coret-coret dalam mengerjakan soal ulangan besok, maka kertas itu aku bawa dan aku pakai untuk coret-coret dalam menjawab soal-soal ulangan.
Ulangan pun dimulai, suasana begitu hening, dan aku asyik mengerjakan soal-soal ulangan itu yang aku hitung disetumpuk kertas pemberian ayahku. Pak Joko pun keliling kelas mengawasai siswa-siswanya yang sedang menjawab soal-soal. Ketika sampai didekatku pak Joko terdiam lama melihat aku yang sedang menghitung. Tiba-tiba Pak Joko berkata kepadaku,”Kamu bikin contekan ya? Kata pak joko. “Ngak pak..” jawabku. “nah terus itu apa ko banyak rumus-rumus di kertas coret-coret kamu? Kata pak joko. “Ini bekas belajar tadi malam pak..” jawabku yang bingung dan belum sadar. “Ah.. sama aja !! kamu bikin contekan, Ngak Sportif kamu !!!” kata pak joko dengan nada marah dan melempar setumpuk coretanku itu. Astaghfirullah.. aku tak sadar dicoretan ku itu ada bekas hitung-hitunganku kemaren malam. Padahal aku tidak bermaksud sekali untuk membuat contekan yang aku gunakan untuk menjawab soal ulangan. Sebelum aku menjelaskan semuanya ke pak Joko, pak joko terlebih dahulu meninggalkan aku dengan muka yang kecewa. Beda dengan ulangan-ulangan sebelumnya, waktu itu ulangan tidak dibagikan. Aku tak tahu kenapa. Apakah Pak Joko kecewa melihat aku? Mungkin.. padahal ini hanyalah kesalah paham saja. Astagfirullah.. :’(
Masa-masa SMP adalah masa paling berjayanya aku. Prestasiku sudah terlihat disini, dari kelas satu semester satu dan dua aku sudah mendapat rangking tujuh. Dilanjutkan kelas dua semeter satu aku mendapat rangking enam dan semester duanya mendapat rangking empat, dan saat kelas tiga aku terpilih menjadi salah satu siswa yang masuk kelas pilihan, yaitu kelas dimana siswa-siswa pintar terkumpul. Yang membanggakan bagiku adalah saat semester satu aku mendapat rangking satu dan dapat mengalahkan teman-temanku yang pintar-pintar. Sayangnya saat semester duanya tidak disebutkan siapa yang mendapat rangking satunya.
Mengenai cerita di masa-masa SMA, memang benar kata orang-orang kalau masa-masa terindah adalah saat di SMA. Begitu banyak sekali kenangan manis dan pahit bersama teman-teman. Tapi yang akan aku ceritakan kali ini hanya satu dari sekian banyak cerita di masa-masa SMA. Hehe..
Setiap menjelang sholat zhuhur, di sekolah kami biasanya siswa-siswi berkumpul di mosholla untuk membaca surah Yasin bersama dan menjalankan sholah Zuhur secara berjama’ah sesuai jadwal yang sudah ada. Biasanya setiap hari terdiri dari dua kelas baik itu kelas X, XI, dan XII.
Hari itu hari senin, kelas kami salah satu yang mendapat giliran. Setelah selesai membaca Surah Yasin dan sholat Zuhur, aku mendekati salah satu guru agamaku, nama beliau adalah Ibu Arbainah. Ntah kenapa di SMA aku lebih banyak dekat dan akrab dengan guru-guru agama. Semua guru agama dari kelas X, XI, dan XII mengenal aku. Kembali kecerita.. maksud aku disini mendekati bu Arbainah adalah karena aku ingin membeli buku Yasin yang biasa dipakai siswa-siswi untuk membaca Surah Yasin. Kebetulan aku mencari buku Yasin ini yang aslinya. Dan yang dimiliki oleh ibu Arbainah ini adalah buku-buku yang asli. Saat aku berkata kepada beliau ingin membeli bukunya, Wah.. Alhamdulillah sekali beliau malah memberikanya kepadaku secara gratis. Keesokan harinya salah satu teman perempuanku melihat aku membawa buku yang biasa dia liat dimoshola saat membaca Surah Yasin. Lantas temanku itu bertanya kepadaku “Dud, kamu beli buku itu dimana?” “Aku dikasih bu Arbainah” jawabku. Seminggu kemudian saat aku selesai sholat zuhur berjamaah, aku melihat temanku yang menanyakan buku Yasin tadi berbicara kepada ibu Arbainah, tak sengaja aku mendengar pembicaraan mereka. Ternyata temanku itu ingin meminta buku Yasin yang sama sepertiku kepada beliau. Yang aku herankan Ibu arbainah menolaknya.. hoho..
Ada kebanggaan tersendiri bagiku bisa mendapat hal yang lebih dari guru yang tidak didapat oleh teman-temanku. Aku sangat bersyukur kepada Allah karena dari dulu sampai sekarang aku ditempatkan diantara orang-orang yang baik kepadaku. Alhamdulillah..
Sepertinya cerita berakhir sampai disini, sebenarnya masih banyak yang ingin diceritakan tetapi mungkin lain waktu saja.. terimaksih :-)